Kamis, 16 Juni 2011

puisi liar

Puisi dan Nyawaku
dadaku penuh duri
dadaku ada dara
dara yang berduri
dadaku berdarah
darah duri seorang dara


buta hariku
buta hatiku
bunga terlihat
bangkai melekat
bubuhi dirimu
bumbu etika
buang kurang ajarmu
buang bangkai buta, bubuhi bumbu etika


kau coreng mukamu
kuhapus coretanmu
kau caci dirimu
kubenci caramu
kau ceburi lumpurmu
kuciduk mutiaramu
kau celakakan tubuhmu
kucari hakikimu
kau cabut nyawamu
kucukupkan puisiku?


Yang Kukuh Yang Runtuh
masa lalu adalah tonggak sejarah
yang ikut menentukan masa depan
tapi adakalanya
masa lalu
harus dibuang jauh-jauh
bahkan dikubur dalam-dalam
demi masa depan itu sendiri


hanya kita yang tahu
dan lebih mengerti
mana yang harus dibuang
dan mana yang harus dikenang


di sela lintas badai yang deras
menghempas,
dihimpit oleh kerasnya kehidupan
dia terus mencari,
dan mencari...
dan kita semakin terasa
cinta mengalahkan segalanya...
(Sabtu, 8 Oktober 1988)


Buahmu Non !
kupetik ranum wajah cantikmu
kusibak lebat rambutmu
kebenci senyum sinismu
kuingin suci hatimu
aku
kamu
bersatu
dalam bejana
seperti buah itu...
(Jum'at, 21 September 1990)


Terminal
di terminal antar kota
jalan memanggil-manggil,
: "ini bis terakhir",
teriak kondektur
wajahnya malaikat Jibril
dikawal malaikat Izra'il


orang-orang berdesakan
naik dan mencari tempat
mencari tempat duduk
sambil mengunyah umpatan
: "Kemana jalan ke sorga?",
bisik lainnya...


aku diam saja,
mematangkan diri...
dalam lipatan doa
: "kehendak-Mu jadilah !".
(1 Rabi'ul Awal 1411)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar