Selasa, 13 September 2016

MELEPAS ALAS KAKI SANDAL/ SEPATU KETIKA MASUK MASJID/ MUSHOLLA BUKAN RANAH SYARI'AH TAPI BUDAYA

     Seperti yang telah kita ketahui bersama, ketika masuk masjid/ musholla kita harus melepas alas kaki, sepatu atau sandal. Hal itu berlaku di hampir seluruh dunia Islam dan tidak ada yang berani coba-coba melanggarnya. Akan tetapi benarkah melepas alas kaki ketika masuk masjid tersebut merupakan perintah syari'at atau hanya sekedar budaya?
     Sebenarnya syariat hanya memerintahkan kita untuk menjaga kebersihan dan kesucian masjid dan semua tempat ibadah. Bahkan berdosa hukumnya kita mengotorinya sekalipun dengan benda-benda yang suci. Itulah sebabnya sering terjadi silang pendapat tentang bolehnya merokok di dalam masjid, terlepas dari silang pendapat tentang hukum halal haramnya merokok.
     Kalau kita mengikuti pendapat haramnya rokok sudah jelas kita tidak boleh merokok dimanapun dan tidak hanya di masjid. Tapi bagi yang membolehkan merokok karena rokok dianggap barang yang halal atau paling tidak makruh, di sinilah kemudian memunculkan perbedaan pendapat boleh tidaknya merokok di dalam masjid, karena dapat mengotori masjid baik udara masjid deagan adanya asap yang berbau tidak sedap maupun lantai dengan abunya. Artinya, bukan dzatiyah bendanya tapi kotoran yang ditimbulkan olehnya.
     Lalu bagaimana dengan alas kaki? Kalau alas kaki tersebut kotor atau bahkan najis sudah barang tentu dilarang dipakai di dalam masjid. Tapi bagaimana dengan alas kaki yang suci dan bersih atau bahkan mungkin masih baru? Apakah tetap tidak boleh dipakai? Lalu apakah alasannya?

Rabu, 28 Agustus 2013

HALAL BI HALAL

جعلنا الله وإياكم من العائدين الفائزين المقبولين
 كل عام وأنتم بخير
تقبل الله منا ومنكم تقبل ياكريم

Halal bi halal merupakan budaya khas Indonesia, khususnya di Jawa, tapi istilah ini sudah meng-Indonesia. Meski istilah ini banyak mendapatkan kritik dari sisi bahasa, dan terlepas betul tidaknya istilah halal bi halal dari sisi tata bahasa, sebenarnya istilah ini memiliki nilai historis tersendiri bagi bangsa Indonesia.

Penggagas istilah “halal bi halal” ini adalah KH. Wahab Chasbullah.
Ceritanya begini: Setelah Indonesia merdeka 1945, pada tahun 1948, Indonesia dilanda gejala disintegrasi bangsa. Para elit politik saling bertengkar, tidak mau duduk dalam satu forum. Sementara pemberontakan terjadi dimana-mana, diantaranya DI/TII, PKI Madiun.

Pada tahun 1948, yaitu dipertengahan bulan Romadlon, Bung Karno memanggil KH. Wahab Chasbullah ke Istana Negara, untuk dimintai pendapat dan sarannya untuk mengatasi situasi politik Indonesia yang tidak sehat. Kemudian Kyai Wahab memberi saran kepada Bung Karno untuk menyelenggarakan Silaturrahmi, sebab sebentar lagi Hari Raya Idul Fitri, dimana seluruh umat Islam disunahkan bersilaturrahmi. Lalu Bung Karno menjawab, “Silaturrahmi kan biasa, saya ingin istilah yang lain”.

“Itu gampang”, kata Kyai Wahab. “Begini, para elit politik tidak mau bersatu, itu karena mereka saling menyalahkan. Saling menyalahkan itu kan dosa. Dosa itu haram. Supaya mereka tidak punya dosa (haram), maka harus dihalalkan. Mereka harus duduk dalam satu meja untuk saling memaafkan, saling menghalalkan. Sehingga silaturrahmi nanti kita pakai istilah ‘halal bi halal’”, jelas Kyai Wahab.

Dari saran kyai Wahab itulah, kemudian Bung Karno pada Hari Raya Idul Fitri saat itu, mengundang semua tokoh politik untuk datang ke Istana Negara untuk menghadiri silaturrahmi yang diberi judul ‘Halal bi Halal’ dan akhirnya mereka bisa duduk dalam satu meja, sebagai babak baru untuk menyusun kekuatan dan persatuan bangsa.

Sejak saat itulah, instansi-instansi pemerintah yang merupakan orang-orang Bung Karno menyelenggarakan Halal bi Halal yang kemudian diikuti juga oleh warga masyarakat secara luas, terutama masyarakat muslim di Jawa sebagai pengikut para ulama. Jadi Bung Karno bergerak lewat instansi pemerintah, sementara Kyai Wahab menggerakkan warga dari bawah. Jadilah Halal bi Halal sebagai kegaitan rutin dan budaya Indonesia saat Hari Raya Idul Fitri seperti sekarang.

Demikian sejarah munculnya istilah “Halal bi Halal” di Indonesia, sebagaimana dituturkan oleh KH. Fuad Hasyim (alm) Buntet, Cirebon.

Sejarah halal bi halal memang ada beberapa versi, diantaranya ada yang mengatakan bahwa kegiatan ini dimulai sejak KGPAA Mangkunegara I atau yang dikenal dengan Pangeran Sambernyawa. Setelah Idul Fitri, beliau menyelenggarakan pertemuan antara Raja dengan para punggawa dan prajurit secara serentak di balai istana. Semua punggawa dan prajurit dengan tertib melakukan sungkem kepada raja dan permaisuri. Kemudian budaya seperti ini ditiru oleh masyarakat luas termasuk organisasi keagamaan dan instansi pemerintah.

Kegiatan seperti yang dilakukan Pangeran Sambernyawa belum menyebutkan istilah “Halal bi Halal”, meskipun esensinya sudah ada. Tapi istilah “halal bi halal” ini secara nyata dicetuskan oleh KH. Wahab Chasbullah, sebagaimana diceritakan oleh KH. Fuad Hasyim di atas.
Wallahu a'lam.

Jumat, 23 Agustus 2013

SHALAWAT NURANIYAH

اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلىَ سَيِّدِناَ وَمَوْلاَناَ مُحَمَّدٍ شَجَرَةِ اْلاَصْلِ النُّوْرَانِيَّةِ، وَلَمْعَةِ الْقَبْضَةِ الرَّحْمَانِيَّةِ، وَأَفْضَلِ الْخَلِيْقَ اْلاِنْسَانِيَّةِ، وَأَشْرَفِ الصُّوْرَةِ الْجَسْمَانِيَّةِ، وَمَعْدِنِ اْلاَسْرَارِ الرَّبَّانِيَّةِ، وَخَزَائِنِ الْعُلُوْمِ اْلاِصْطِفَائِيَّةِ، صَاحِبِ الْقَبْضَةِ اْلاَصْلِيَّةِ، وَالْبَهْجَةِ السَّنِيَّةِ، وَالرُّتْبَةِ الْعَلِيَّةِ، مَنِ انْدَرَجَتِ النَّبِيُّوْنَ تَحْتَ لِوَائِهِ، فَهُمْ مِنْهُ وَاِلَيْهِ، وَصَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلَيْهِ وَعَلىَ آلِهِ وَصَحْبِهِ عَدَدَ مَاخَلَقْتَ، وَرَزَقْتَ وَأَمَتَّ وَأَحْييَتَ اِلَى يَوْمِ تَبْعَثُ مَنْ أَفْنَيْتَ، وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا وَالْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

Rabu, 24 Juli 2013

GAMBAR ASAL GAMBAR

Pose di masjid ajaib Sanan Turen Malang
Resmiform

Pengarahan kepada para peng-khidmah yayasan
Acara di RJ (Riyadhul Jannah) Malang Raya
Fulldres
Setengah badan
 Sentuhan untuk anak buah
 Juri khithobiyah di BBS
 Ketegangan wisuda
 Modifikasi wisuda bersama
 Kumpul2
 Calon Raja Jawa
Harapan yng tak pernah patah

Kamis, 02 Mei 2013

WIRID SETELAH SHALAT MAKTUBAH (LIMA WAKTU)



استغفر الله العظيم لي ولوالدي ولجميع اصحاب الحقوق الواجبة علي ولجميع المسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الاحياء منهم والاموات
لا اله الا الله وحده لا شريك له
له الملك وله الحمد يحي ويميت وهو على كل شئ قدير
اللهم انت السلام ومنك السلام واليك يعود السلام فحينا ربنا بالسلام وادخلنا الجنة دار السلام تباركت ربنا وتعاليت ياذا الجلال والاكرام
اعوذ بالله من الشيطان الرجيم
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ*الْحَمْدُ للّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ*الرَّحْمـنِ الرَّحِيمِ*مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ*إِيَّاكَ نَعْبُدُ وإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ*اهدِنَــــا الصِّرَاطَ المُستَقِيمَ*صِرَاطَ الَّذِينَ أَنعَمتَ عَلَيهِمْ غَيرِ المَغضُوبِ عَلَيهِمْ وَلاَ الضَّالِّينَ*امين
وإلهكم إله واحد لا اله الا هو الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ
اللّهُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ لَّهُ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الأَرْضِ مَن ذَا الَّذِي يَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ يَعْلَمُ مَا بَيْنَ أَيْدِيهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلاَ يُحِيطُونَ بِشَيْءٍ مِّنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَاء وَسِعَ كُرْسِيُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ وَلاَ يَؤُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِيُّ الْعَظِيمُ
لاَ إِكْرَاهَ فِي الدِّينِ قَد تَّبَيَّنَ الرُّشْدمِنَ الْغَيِّ فَمَنْ يَكْفُرْ بِالطَّاغُوتِ وَيُؤْمِن بِاللّهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِالْعُرْوَةِ الْوُثْقَىَ لاَ انفِصَامَ لَهَا وَاللّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
اللّهُ وَلِيُّ الَّذِينَ آمَنُواْ يُخْرِجُهُم مِّنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّوُرِ وَالَّذِينَ كَفَرُواْ أَوْلِيَآؤُهُمُ الطَّاغُوتُ يُخْرِجُونَهُم مِّنَ النُّورِ إِلَى الظُّلُمَاتِ أُوْلَـئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ
لِّلَّهِ ما فِي السَّمَاواتِ وَمَا فِي الأَرْضِ وَإِن تُبْدُواْ مَا فِي أَنفُسِكُمْ أَوْ تُخْفُوهُ يُحَاسِبْكُم بِهِ اللّهُ فَيَغْفِرُ لِمَن يَشَاءُ وَيُعَذِّبُ مَن يَشَاءُ وَاللّهُ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
آمَنَ الرَّسُولُ بِمَا أُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ كُلٌّ آمَنَ بِاللّهِ وَمَلآئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لاَ نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّن رُّسُلِهِ وَقَالُواْ سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
لاَ يُكَلِّفُ اللّهُ نَفْساً إِلاَّ وُسْعَهَا لَهَا مَا كَسَبَتْ وَعَلَيْهَا مَا اكْتَسَبَتْ رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا إِن نَّسِينَا أَوْ أَخْطَأْنَا رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْراً كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِينَ مِن قَبْلِنَا رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَا لاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا أَنتَ مَوْلاَنَا فَانصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِينَ
شَهِدَ اللّهُ أَنَّهُ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ وَالْمَلاَئِكَةُ وَأُوْلُواْ الْعِلْمِ قَآئِمَاً بِالْقِسْطِ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ هُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ
إِنَّ الدِّينَ عِندَ اللّهِ الإِسْلاَمُ
قُلِ اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَن تَشَاء وَتَنزِعُ الْمُلْكَ مِمَّن تَشَاء وَتُعِزُّ مَن تَشَاء وَتُذِلُّ مَن تَشَاء بِيَدِكَ الْخَيْرُ إِنَّكَ عَلَىَ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ
تُولِجُ اللَّيْلَ فِي الْنَّهَارِ وَتُولِجُ النَّهَارَ فِي اللَّيْلِ وَتُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَتُخْرِجُ الَمَيَّتَ مِنَ الْحَيِّ وَتَرْزُقُ مَن تَشَاء بِغَيْرِ حِسَابٍ
الهي ياربي ومولنا
(سبحان الله 33) سبحان الله وبحمده سبحان الله العظيم
نحمده حمدا دائما (الحمد لله 33) الحمد لله على كل حال ونعمة
(الله اكبر 33) الله اكبر كبيرا والحمد لله كثيرا و سبحان الله بكرة وأصيلا
لا اله الا الله وحده لا شريك له له الملك وله الحمد يحي ويميت وهو على كل شئ قدير ولاحول ولاقوة إلابالله العلي العظيم
استغفر الله العظيم (100)
استغفر الله العظيم الذى لا اله الا هو الحي القيوم وأتوب إليه
نوينا تقربا لله تعالى أفضل الذكر فاعلم أنه :
لا اله الا الله (100)
لا اله الا الله محمد رسول الله صلى الله عليه وسلم

Senin, 20 Agustus 2012


 
Bila bisa terucap hari ini,

untuk apa menunggu esok atau lusa,

sedangkan kita pun tak kan pernah tahu,

kapan hembusan nafas 'kan berhenti,

lisan yg tak terjaga,

janji yg terabaikan,

sikap yg menyakitkan,

minal'aidin wal-faizin,

mohon maaf lahir dan bathin,

taqabbalallahu minna waminkum ...